Ungkapan bahasa
Jawa merupakan alat pengungkap pikiran atau perasaan masyarakat Jawa, ungkapan
tradisional jawa yakni semacam paribasan, yang bagi masyarakat Jawa merupakan
kebijaksanaan lokal suatu warisan yang dapat dipergunakan sebagai pathokan bagi tingkah laku sesorang.
A.
jenis-jenis ungkapan dalam masyarakat jawa.
1. Paribasan
Paribasan
yaitu suatu bentuk peribahasa Jawa dengan kalimat yang selalu
konsisten tanpa perumpamaan yang berbelit, kias yang digunakan tidak
menunjukkan hal yang berbeda sifatnya.
Contoh sebuah paribasan.
·
Ana gula ana semut, artinya suatu tempat yang banyak
menghasilkan rezeki pasti banyak orang yang datang ke tempat tersebut.
· Arep jamure emoh watange,
artinya seseorang yang mau enaknya tetapi tidak mau sengsaranya.
·
Mendhem
jero mikul dhuwur, artinya Mendhem:
memendam; jero: dalam; mikul: memikul; dhuwur: tinggi.
“Memendam (yang) dalam, memikul (mengangkat yang) tinggi”. Melupakan atau
menyimpan rahasia; kejelekan orang tua, keluarga, masyarakat; dan mengharumkan
nama baik, jasa, orang tua, keluarga dan masyarakat.
2. Bebasan
Bebasan yaitu kata-kata yang tetap
penggunaannya, mempunyai arti kiasan, mengandung pengertian persamaan. Adapaun
hal yang dipersamakan adalah keadaan atau sifat dari orang (atau benda). Orang
atau bendanya terbawa ke dalam persamaan tersebut, tetapi yang lebih
diperhatikan adalah keadaannya.
Contoh sebuah
bebasan:
·
Ngenteni kumambange watu sileming gabus, artinya menanti sesuatu yang tidak akan
pernah tercapai atau penantian yang sia-sia
·
Kencana
katon wingka,
artinya Kencana : emas; katon: tampak; wingka: pecahan
genting (kreweng). “Emas tapi tampak seperti pecahan genting”. Orang
yang mulia atau bermartabat tetapi tampak sederhana. Bisa juga menggambarkan
orang yang dulu dicintai tetapi sekarang tidak lagi.
·
Urip mung
mampir ngombe,
artinya Urip: hidup, kehidupan; mung:
hanya; ngombe: minum. “Orang hidup, (sebenarnya hanya) singgah (untuk)
minum”. Orang hidup di alam fana hanyalah sebentar, nantinya akan hidup di alam
yang baka yang lama.
3. Saloka
Saloka diartikan
sebagai kata-kata yang tetap penggunaannya, mempunyai arti kiasan, mengandung
pengertian persamaan. Yang dipersamakan adalah orangnya. Sudah tentu watak atau
keadaannya juga terbawa, tetapi yang lebih diperhatikan adalah orangnya.
Contoh sebuah
saloka:
·
Jangkrik nguntal sepur, artinya suatu keinginan yang tidak sesuai
dengan kemampuanya
·
Gajah alingan teki, artinya orang besar bertumpu masalah kepada
orang kecil.
·
Kebo nusu
gudel, artinya Kebo
: kerbau; nusu : menyusu; gudel: anak kerbau. “Kerbau
menyusu (pada) anaknya”. Menunjukkan, bahwa orang tua meminta (uang, harta,
ilmu) pada anaknya, atau guru yang juga belajar dari (bekas) muridnya.
B. Ungkapan yang terdapat dalam
sebuah pakeliran wayang purwa
Dalam pertunjukan wayang kulit purwa, penggolongan
ungkapan di atas dapat dilihat pada janturan, pocapan, ginem. Contoh dalam
pertunjukan wayang kulit purwa diuraikan sebagai berikut.
a)
Paribasan
§ Aswatama: wah toblas-toblas, hiyo
kakang janaka tak trima dadaku kutah ludira, ning kowe aja girang-girang
gumuyu. dandang tak unekake kuntul,
kuntul muni dandang. (Purbo Asmoro dalam palguna-palgunadi kaset No 7)
adalah mempunyai makna bahwa aswatama akan mengadu domba arjuna dengan
palgunadi dengan cara hal yang sebenarnya akan dikatakan tidak sebenarnya dan
hal yang bukan sebenarnya akan dikatakan itu yang sebenarnya.
b)
Bebasan
§ Karna: Yayi, ciklu-ciklu jambul
uwanen anggen kula puruhita ing ngarsa paduka prabu idheping tekad namung badhe
nyengkuyung hadeke prabu duryudana anggenipun nyakrawati mbahudenda ndepani
bumi ngastina namung nyatanipun dinten mangke nabok nyilih tangan gutuk lor kena kidul badhe nindakaken pepejah.
(purbo asmoro dalam palguna-palgunadi kaset no 3) nabok nyilih tangan
adalah bebasan yang artinya berbuat buruk
dengan menyuruh orang lain yang melakukanya.
c)
saloka
§ Burisrawa: anggonku kepingin sesandingan lawan
mbok mbadra kaya cecak nggayuh lintang. (naskah
pakeliran lakon parta krama) cecak nggayuh lintang adalah saloka yang mempunyai
arti bahwa keinginanya tidak mungkin terkabul karena tidak seimbang dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar